Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Dua buku kumpulan puisi karya sastrawan Wina Armada Sukardi, mendapat anugrah Meseum Recor Dunia dan Indonesia (MURI), Kamis, di Jakarta.
Kedua buku adalah “Memetik Bulan” (terbitan 2023) dan “Pacul Berdarah Puisi Serba Benda” (2024). Penyerahan Anugrah MURI dilakukan langsung oleh pendiri MURI, Jaya Suprana bersama direktur utama MURI, Aylawati Sarwono.
Wina menerina anugrah MURI untuk katagori “Perintis buku puisi untuk Anak-anak dan buku puisi kebendaan.”
Selain Wina Armada Sukardi, hari itu ada juga tujuh penerima MURI lain untuk berbagai katagori. Salah satunya penyanyi asal Surabaya, Erwina.
Dia menerima anugrah MURI untuk katagori “penyanyi Indonesia yang menguasai sebelas bahasa asing.” Ada pula penerima untuk katagori pengabdian untuk kemanusiaan, serta perempuan pertama yang menerima gelar doktor bidang teologi Katololik.
MURI didirikan 27 Januari 1990. Rekor pertamanya dikeluarkan 14 Juli 1990 untuk Pejalan Kaki Termuda, Vinas V. Lindri Saputri umur 6 tahun.
Ia menempuh jarak 55 Km Semarang-Jakarta selama 26 hari. Sampai saat ini MURI telah memberikan 11.700 rekor.
Wina Armada menerangkan, buku puisi untuk anak-anak terbit didorong kenyataan tidak ada buku puisi untuk anak-anak. “Kalau buku puisi tentang anak-anak mungkin sudah ada beberapa,” katanya.
Menurut Wina, anak zaman kiwari sudah amat berbeda dengan anak dahulu, baik dilihat dari cara berpikirnya maupun dari keragaman sosial budayanya. ”Jika mereka tidak dibiasakan mengenal rasa seni, bisa jadi kelak besar mereka juga tidak mengenal nilai-nilai baik atau buruk,” tegasnya.
Sebelumnya Wina juga telah menghasilkan beberapa buku puisi baik karya tunggal maupun bersama. Selain itu Wina juga merupakan penerima lifetine achiefment sebagai penulis fiksi dari organisasi penulis Satupena. Dia meraih dua kali Piala Mitra sebagai kritikus terbaik. Saat ini menjadi pemimpin redaksi di Podcast Sembilan.
Wina menuturkan, penerimaan anugrah MURI baginya seperti de javu atau mengulang suatu peristiwa kembali. Hal ini lantaran aya Ayah Wina, Gandhi Sukardi, juga penerima anugrah MURI dua kali sebagai “penulis surat membaca tiga tahun berturut-turut tanpa henti di surat kabar harian Jakarta Post.”
“MURI menyadarkan kita the limitbis sky , alias batas kemampuan kita adalah ketidakterbatasan itu sendiri,” kata Wina.
Acara anugrah MURI diakhiri dengan penampilan Erwina yang membawakan lagu Mandarin Klasik dan lagu Indonesia asal Jawa Timur. “Rek Ayo Rek”. (ril / him)