MIMBAR-RAKyat.COM (Wisata) – Sebagai tujuan wisata di Jawa Barat, Cirebon tidak kalah dengan wisata di Bandung, Tasikmalaya, Bogor maupun kota lainnya. Kota Cirebon menawarkan banyak pesona mulai dari wisata rilegi, sejarah kejayaan kerajaan Islam, wisata kuliner, batik, sejarah wali, kota lama Cirebon, bangunan gereja peninggalan Belanda, mesjid, belanja, tur keliling Kota Cirebon dan sentra kerajinan rotan.
Cirebon mempunyai 4 keraton sekaligus di dalam kota, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Semuanya memiliki arsitektur gabungan dari elemen kebudayaan Islam, Tiongkok, dan Belanda.
Bangunan keraton selalu menghadap ke utara dan ada sebuah mesjid di dekatnya. Setiap keraton mempunyai alun-alun sebagai tempat berkumpul, pasar dan patung macan di taman atau halaman depan sebagai perlambang dari Prabu Siliwangi, tokoh sentral terbentuknya Kerajaan Cirebon.
Ciri lain adalah piring porselen asli Tiongkok yang jadi penghias dinding. Beberapa piring konon diperoleh dari Eropa saat Cirebon jadi pelabuhan pusat perdagangan Pulau Jawa.
Kota ini juga terkenal dengan sebuah taman dengan nama Taman Air Sunyaragi. Taman indah ini dilengkapi dengan teknologi pengaliran air yang sangat canggih pada masanya.
Pada masa lalu, air mengalir di antara teras-teras tempat putri raja bersolek, halaman rumput hijau tempat ksatria berlatih, ditambah menara dan kamar istimewa yang pintunya terbuat dari tirai air. Selain itu ada juga tempat-tempat peninggalan bersejarah yang lain seperti Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, Klenteng Kuno, Makam Sunan Gunung Jati.
Kota Cirebon juga memiliki segudang potensi wisata belanja dan tidak kalah menarik dari kota-kota lain di Indonesia. Kota ini menyimpan kekhasan tersendiri yakni perpaduan antara wisata belanja modern dan tradisional yang saling mendukung satu sama lain sehingga tercipta sebuah keunikan yang tidak ditemukan di kota lain.
Jika berkunjung ke Kota Cirebon, usahakan mengunjungi setiap sudut kota dari ujung hingga ke ujung atau dari mal yang ada di Kota Cirebon hingga industri rumahan. Semuanya patut dicoba.
Makanan khas Kota Cirebon, di antaranya Sega Jamblang, Sega Lengko, Empal Gentong, Docang, Tahu Gejrot, Krupuk Mlarat, Mi Koclok, Empal Asem, Nasi Goreng Cirebon, Ketoprak Cirebon, dan Bubur Cirebon.
E-TIKET KASEPUHAN
Di era digital sekarang ini, obyek wisata Keraton Kasepuhan Cirebon, merupakan yang pertama menggunakan E-Tiket. Sistem komputerisasi ini dilakukan untuk memudahkan pengunjung yang masuk dan pembaruan database sehingga lebih efektif dan efisien.
E-Tiket merupakan bentuk pembaruan di bidang teknologi yang mulai diberlakukan di kawasan-kawasan wisata. Keraton Kasepuhan menjadi salah satunya dan menjadi keraton pertama yang memberlakukan sistem ini atas kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Pacific Asia Travel Association (PATA) Indonesia.
“Ini menunjukkan bahwa cagar budaya dan sejarah tak boleh alergi dengan perkembabngan teknologi,” ujar Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat pada acara Grebeg Mulud bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya di Keraton Kesepuhan Cirebon, belum lama ini.
Bentuk E-Tiket ini juga akan dibarengi dengan promosi digital berupa website dan e-commerce Royal Kasepuhan Cirebon yang menampilkan informasi lengkap mengenai Keraton Kasepuhan Cirebon. Fasilitasnya juga akan dilengkapi dengan WiFi gratis bagi pengunjung.
“Kami harap dengan adanya promosi digital ini, pelancong ke Keraton Kasepuhan lebih banyak lagi. Kami harap Cirebon ke depan dapat menjadi tujuan wisata baik religi, budaya, pendidikan, belanja dan kuliner,” kata Sultan Arief Natadiningrat.
Melihat perkembangan ini, Menteri Pariwisata sangat antusias mempromosikan Cirebon ke tingkat internasional. Salah satu promosi yang lebih mudah dijangkau adalah promosi digital. Saat ini era digital dan karena kebanyakan pengguna digital anak muda, maka diharapkan endorsement promosi digital dapat dilakukan 80 persen anak muda.
Nantinya, mereka diharapkan dapat mempengaruhi dan meyakinkan banyak orang untuk tertarik dengan budaya Indonesia. Saya yakin anak muda dapat mempengaruhi orang banyak, tak hanya kalangannya saja tapi juga orangtua,” tambah Arief.
Ujicoba penggunaan e-Ticketing untuk memasuki wilayah Keraton Kasepuhan telah dilakukan selama 3 bulan belakangan ini dengan harga tiket masuk Rp 15.000. Cirebon punya peluang sebagai destinasi wisata karena letaknya yang tidak jauh dari Jakarta.
PANJANG JIMAT
Bagi warga Cirebon, kelahiran Nabi Muhammad begitu agung dan sakral. Sebab, Sunan Gunung Jati, wali yang menyebarkan agama Islam di daerah ini sudah menanamkan nilai-nilai yang patut diteladani.
Peringatan kelahiran Nabi Muhammad ditradisikan menjadi Malam Puncak Upacara Agung Panjang Jimat Maulid Nabi atau Grebeg Mulud, bahkan menjadi magnet bagi wisatawan. Tak pelak ribuan warga tumpah ruah menghadirinya.
Bukan hanya dari Cirebon tapi juga dari daerah sekitarnya, seperti Kuningan, Majalengka, Subang, bahkan Jabodetabek. Mereka memenuhi Keraton Kasepuhan Cirebon untuk menyaksikan prosesi upacara.
Peringatan Maulid di Keraton Kasepuhan Cirebon sendiri telah berlangsung selama satu bulan hingga malam Panjang Jimat sebagai puncak acaranya dengan ditandai dikeluarkannya barang pusaka keraton untuk dimandikan. Ritual sakral itu pun hanya dilakukan sekali dalam setahun.
“Saya kagum dengan tradisi Panjang Jimat yang telah berlangsung secara rutin di beberapa keraton di wilayah Cirebon,” kata pengunjung. “Upacara Panjang Jimat ini merupakan sarana untuk mengenal lebih jauh akan sejarah adat tradisi dan kebudayaan Indonesia dan tentunya untuk melestarikannya hingga di masa mendatang,” katanya.
Prosesi Panjang Jimat merupakan sebuah budaya yang berbasis agama atau religi yang mempunyai nilai sosial dan kultural yang juga berkaitan dengan aspek ekonomi kreatif untuk bidang tersebut dan Cirebon dengan kesenian dan kebudayaannya sangat besar potensinya untuk dikembangkan lebih baik lagi.
Prosesi upacara Panjang Jimat berlangsung 1,5 jam. Isinya, arak-arakan berbagai benda yang melambangkan kelahiran nabi. Arak-arakan dimulai dari Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan menuju Langgar Agung yang berjarak sekitar 100 meter. Pimpinannya Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
Dalam arak-arakan, abdi dalem berbaris membawa peralatan upacara lengkap. Ada yang membawa obor, tunggul manik, dan lilin sebagai simbol kelahiran nabi di malam hari.
Lalu ada juga yang membawa perangkat upacara lainnya. “Perangkat lain adalah manggaran, nadan, dan jantungan. Simbol yang melambangkan kebesaran dan keagungan yang diiringi dengan salawat nabi,” tutur Elang Rochadi, abdi dalam Keraton Kesepuhan Cirebon.
Belum lengkap, ada juga kelompok yang membawa air merah dan kembang goyang dengan isi boreh yang melambangkan air ketuban sebelum bayi lahir dan ari-ari setelah bayi lahir.
Tak lupa, mereka juga membawa piring-piring pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati yang berisi nasi dan lauk-pauk. Kalau dijumlahkan ada 7 jenis makanan yang menyimbolkan jumlah hari dalam satu minggu. (johan)