Indonesia memiliki keanekaragaman budaya sekaligus jenis makanannya. Ini yang membuat kita selalu rindu tanah air. Salah satu jenis makanan yang beragam adalah sate. Bagi pecinta wisata kuliner khususnya sate, bermukim di luar negeri tentu ingin tetap menikmati sate.
Di Indonesia kita banyak sekali jenis sate dari berbagai daerah, ada sate madura, sate ambal, sate lilit, sate padang, sate klatak, dan sate maranggi.
Sate merupakan salah satu kuliner andalan yang selalu dipromosikan di luar negeri. KBRI Doha pun selalu mempromosikan kuliner sate. Sajian sate paling diminati warga asing di Qatar dan selalu ditunggu-tunggu kehadirannya jika ada promosi Wonderful Indonesia.
Menurut Dubes RI untuk Qatar, Muhammad Basri Sidehabi, kuliner Indonesia memiliki potensi yang sangat besar namun sayangnya kurang promosi. “KBRI akan meningkatkan promosi kuliner termasuk memperbanyak restauran Indonesia di Qatar,” beber mantan anggota DPR ini.
Pada tahun 2016, KBRI telah menyelenggarakan tiga kali promosi Wonderful Indonesia yaitu bulan April, Agustus dan terakhir pada 26 September 2016, ketika Indonesia terpilih menjadi tuan rumah International Ladies’ Potluck Group (ILPG).
Selain menampilkan seni budaya, promosi kuliner yang paling ditunggu-tunggu penonton. “Ape ade sate,” ujar Farzana, diplomat Brunei yang bertugas di Doha, dan sangat menggandrungi sate dan selalu hadir pada promosi Wonderful Indonesia.
“Animo masyarakat manca negara untuk menikmati sate, begitu besar dan selalu habis paling awal kalau disajikan dalam pameran,” kata Ketua DWP KBRI Doha, Andi Una. Ada satu jenis sate yang mulai digandrungi tidak hanya oleh warga asing, juga WNI yang jumlahnya sekitar 40 ribu di Qatar. Namanya sate maranggi.
Mari kita mengenal lebih dekat mengenai sate maranggi yang kerap dipromosikan di Qatar. Jika sudah mencicipinya, Anda akan maklum kenapa pengunjung rela antri berlama-lama untuk menikmati kuliner yang satu ini. Apalagi disajikan dalam keadaan hangat. Hmm sedap.
Bagi sebagian orang, sate ini cukup unik meski juga terbuat dari daging kambing atau daging sapi. Dari bahan dasarnya sekilas tidak jauh berbeda dengan sate jenis lain. Sate maranggi berasal dari Purwakarta, Jawa Barat meski banyak dijual di daerah sekitarnya, hingga daerah Cianjur.
Jika berada di Qatar dan kangen mencoba sate maranggi, Anda tidak perlu dikirim dari Purwakarta. Di Al-Khor terdapat ahli kuliner sate ini. Namanya Yunus Daud.
Sebelum ke Qatar, Kang Yunus asli Gorontalo tapi lama bermukim di Purwarkata dan akhirnya mempersunting mojang Priangan asal Purwakarta, Nina Tantina. Karena bakat kuliner yang turun temurun, ia pun gandrung mempelajari cara membuat sate maranggi yang kini mulai kesohor di Qatar.
Menurut Kang Yunus, banyak orang yang jatuh hati ketika pertama kali merasakan kelezatan sate maranggi. “Sate ini memiliki citarasa yang begitu kuat karena bumbu rendaman yang dipakai sebelum sate dibakar. Tanpa menggunakan saus kacang pun, sate ini sudah sedap,”, ujar karyawan migas, RasGas ini.
“Cita rasa sate maranggi yang kaya inilah yang akan membuat kita ingin mencoba dan mencoba lagi makanan yang satu ini,” beber bapak dengan tiga anak yang tujuh tahun bermukim di Al-Khor.
Menurut berbagai literatur, sate maranggi memiliki sejarah panjang dan merupakan hasil asimilasi dengan budaya Tiongkok. Sate maranggi awalnya tidak menggunakan daging sapi atau kambing, melainkan dibuat dari daging babi.
Salah satu indikasi sate maranggi berasal dari Tiongkok karena bumbu rempah yang digunakan sama persis dengan dendeng babi dan dendeng ayam yang dijual di dataran Tiongkok dan Hongkong. Selanjutnya bertransformasi menjadi sate maranggi.
Menurut salah satu pemnggemar sate maranggi, Muhammad Yusuf Rizal, sate kang Yunus yang tidak kalah enak dengan sate maranggi di daerah asalnya. Setiap acara botram komunitas Baraya Sunda Qatar (BSQ), sate kang Yunus pasti diserbu. Kalau terlambat, ya wasalam. “Untuk menikmati sate kang Yunus, berlaku sistim gugur, terlambat enggak kebagian,” ujar Ketua BSQ Al-Khor yang dikenal dengan nama Kang Jali asal Garut ini.
Menurut tokoh diaspora Indonesia di Qatar, Said Malawi, sate maranggi kerap dipromosikan namun sayang tidak banyak yang bisa meraciknya. “Maranggi beda dengan sate lainnya. mesti terlihat sederhana, tapi kaya akan rasa,”ujar karyawan migas QatarGas yang telah bermukim hampir dua dekade di Qatar.
Daging kambing dan sapi
Bahan utama untuk membuat sate maranggi adalah daging kambing dan daging sapi. Selain itu kita pun membutuhkan gula aren, kecap, serta tusuk sate untuk memudahkan proses pembakarannya. Untuk bumbunya antara lain bawang putih, bawang merah, ketumbar, air asam, serta garam. Bumbu ini digunakan untuk membumbui dagingnya.
Menurut kang Yunus, proses pembuatan sate maranggi memiliki kekhasan dibandingkan sate lainnya. Proses yang membedakan adalah proses perendaman daging di dalam bumbu.
Setelah dilakukan perendaman, barulah dagingnya ditusukkan ke tusuk satenya. Lalu kemudian dibakar untuk proses pematangan dagingnya. Wow, kebayang deh rasa gurih, sedap dan bercampur manis. Sate maranggi dapat dihidangkan bersama irisan tomat dan irisan bawang. Keberadaan tomat yang rasanya asam dan rasa bawang yang khas, makin memperkaya cita rasa saat kita memakannya.
Seporsi sate maranggi yang berisi 10 tusuk berikut nasi timbel, bumbu dan lainnya dihargai QR 20 sekitar 70 ribu rupiah. Bagi warga Qatar yang memiliki pendapatan perkapita sekitar USD 100 ribu, tentu saja murah.
Kang Yunus juga melayani pesanan dari berbagai kota di Qatar seperti Doha, Messaid, Dukhan, dan Wakrah. Jadi kalau anda berkunjung ke Qatar, kangen sate maranggi, ingat saja Kang Yunus. Orangnya ramah dan bersahabat. Teeeeeeesate… (penulis adalah salah seorang councelor KBRI Doha)