MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Penampilannya sederhana, mengenakan baju koko, perpeci hitam, mengenakan kacamata, mudah tersenyum tapi tergaris di wajahnya ia memiliki rasa percaya diri tinggi.
“Saya tak menyangka bisa jadi kepala sekolah di sini. Profesi saya dulu sebagai tukang konfeksi pakaian,” kata Yayan Supiana, yang latar belakang pendidikannya adalah hukum dan managemen.
Ketika bersilaturahim dengannya di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Mubarak di Jalan Pramuka Sari 3 No. 28, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu (30 Juni 2019) – dimana ia sebagai kepala sekolahnya – di tengah pembicaraan ia seperti menerawang.
Kemudian ia berkata, “Masih terngiang di telinga saya kata-kata ibu saya dahulu kala. Ia mengatakan, kamu ini sudah sekolah, sarjana, tapi kok jadi tukang konfeksi.”
Ucapan ibundanya itu, selalu terngiang di telinga Yayan, yang lahir di Garut pada 2 Mei 1976, yang kini berputeri tiga orang dari ibu Diyah Turi Susanti kelahiran Purwokerto, yang dinikahi Yayan pada 2004.
Yayan menuturkan, ia berangkat dari Garut ke Jakarta pada 1997 dengan tujuan kuliah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), namun terlena bekerja di perusahaan konfeksi atau jahit menjahit milik kakaknya.
Ia bekerja di situ selama dua tahun, kemudian pindah kerja ke perusahaan mitra PLN, Bukaka, di Cikarang tapi hanya bertahan dua tahun, lantas ia kembali menekuni usaha konfeksi hingga menjadi milik sendiri, sejak 1997 sampai 2005.
Anak keenam dari tujuh bersaudara itu, menyelingi kerjanya dengan kuliah di Sekolah Tinggu Hukum Indonesia (STHI) hingga selesai pada 2000, dilanjutkan kuliah S2 di Institut Manajemen Newport Internasional dan selesaii pada 2010.
“Pendidikan saya tidak ada bersinggungan dengan pendidikan. Makanya saya merasa canggung. Saya tidak merasa sreg dengan bidang hukum yang saya tekuni. Ini aneh, saya lebih suka dengan pendidikan,” kata Yuyun, yang baru saja mengikuti acara halal bi halal Al Mubarok dengan penceramah Ustad DR Muhammad Zaitun Rasmin, MA, wakil Sekjen MUI Pusat yang diadakan di Masjid Al Mubarak yang bersebelahan dengan SDIT Al Mubarak .

Pada awalnya dahulu, jelas Yayan, ia diajak temannya untuk mengajar anak-anak di masjid dan beberapaa tahun kemudian ia melamar sebagai guru di SDIT Al Mubarak dan diterima mengajar mata ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas satu dan dua.
“Saya sudah sempat mau keluar tapi saya ingin menuntut ilmu dan saya belajar dari pengalaman. Saya menggali ilmu terus dibawah bimbingan kepala sekolah sebelumnya Ustad Syahroni. Lama kelamaan saya mengerti tentang berbagai hal sampai masalah kurikulum modul agama,” kata Yayan.
Di tengah pembicaraan, Yayan kembali mengatakan terngiang-ngiang ucapan ibundanya, yang mengatakan sudah kuliah kok jadi tukang konfeksi. Masa kuliah pun, ia sempat mau berhenti, karena “salah pilih” bidang hukum itu.
“Tapi keluarga saya mengatakan jangan berhenti di tengah jalan. Nanti kalau selesai teruskan ke bidang yang diinginkan,” kata Yayan menerawang dan akhirnya dalam usia muda ia sudah menjadi kepala sekolah yang banyak “diincar” orang tua murid itu, karena dinilai sekolah bagus walau letaknya dalam gang.
Yayan menjabat wakil ketua di sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Wakfiah Al Mubarak itu pada 2006-2008 dan menjadi kepala sekolah sejak 2008.
Di sekolah itu, kini ada sekitar 540 murid dengan tenaga pengajar sebanyak 42 orang. Tahun ajaran 2019, mereka menerima sebanyak 90 siswa baru untuk tiga rombongan belajar (rombel) kelas 1 A, B dan C.

SDTI Al Mubarak Pramuka Sari, berdiri pada 2003 walau sebelumnya sudah ada gedung untuk siswa SD, SMP dan SMA. “Hanya SD yang lanjut hingga kini. Ada juga TK dulu bersatu dengan bangunan masjid Al Mubarak. Karena adanya kuota internal, kita menerima kebanyakan siswa sekitar sini,” kata Yayan tentang sekolah berakreditasi A itu.
Di sekolah itu, Yayan dibantu Wakil Kepala Sekolah Bidang PAI dan Karakter Ahmad Syafi’i, SPdi, Bidang SDM Abdul Qadir Syaus, MPdi, Bidang Kesiswaan Beta Widjajanti, SSi dan Bidang Kurikulum Vidiyasari, SP.
Yayan Supiana yang kurang “sreg” menekuni bidang hukum itu akhirnya menemukan dunianya, sebagai pendidik generasi muda, yang kelak menentukan arah perjalanan bangsa.
Mengurus masalah pendidikan adalah tugas mulia Pak Yayan, semoga mabrurah. (catatan ar. Loebis)
MasyaAllah, sangat inspiratif.