Thursday, November 21, 2024
Home > Cerita > Puisi & Pantun

Bulan di atas Guci, Puisi A.R. Loebis

 Malam ini di Pegandengan Bumi Jawa Kutelan butir-butir kehidupan itu Bersama dua bulir awan di cawan basah Berasal dari petak tengah Melewati derit jembatan Penghubung tebing ngarai menganga Sebelumnya tengadah dan sujud mengupas langkah Temeram malam Dalam seduhan cairan warna Di balik senyum rembulan Merekah di peraduan beralaskan syair suci   Bulan di atas Guci Mengajak menari Tak usah khawatir Menari tak selalu dengan tangan dan

Read More

Hati Yang Terbakar, Sajak DTA Piliang

Hati Yang Terbakar Sajak DTA Piliang   Mendidih, menggelegar, berteriak marah Jari-jari pun dikepalkan, keras membatu Siap menghantam, meluluh lantakkan Tidak boleh ada yang membantah Meski tuk menuntut, memperjuangkan hak Lalu dia berkata; Sayalah sang raja diraja Yang lain harus patuh, menundukkan kepala   Para punggawa berbaris rapi, meski hanya satu dua Siap membungkuk memberi hormat Hormat tak terhingga pada sang paduka Merendahkan diri

Read More

Ego dan Dengki, Sajak Djunaedi Tjunti Agus

Ego selalu terkait tentang sikap Berkisar pada kata-kata Biasanya terdorong oleh kedengkian Tak ingin merasa kalah dari yang lain Iri terhadap kesuksesan orang Merasa diri selalu paling hebat Tak ingin terkalahkan oleh siapapun Merasa yang terbaik, super Tak nyaman bila orang lain dinilai berhasil Dengki atau hasad adalah penyakit hati Tidak nyaman melihat sukses orang lain Kerap kasak kusuk untuk menjegal Agar

Read More

Waktu, Puisi Hendry Ch Bangun

Adakah waktu bakal menutup luka-luka Seperti kata pepatah? Pagi menjadi senja Sore beranjak malam Dan gelap terus merangkak Ufuk masih juga pekat Bisa saja Garis tipis cahaya Masih mengintip di sana Yang ada hanya harap dan putus asa Tapi selalu ada Dia Yang membangunkanmu di tengah malam Mengajak bersujud mencium tanah Dan memberimu sel-sel semangat Untuk kuat Untuk percaya Kebenaran akan tiba Mengurangi degup jantung Melegakan paru-paru Dan bangkit

Read More

Menanti Doa Jadi Kenyataan,  Puisi: Djunaedi Tjunti Agus

Kutadahkan tangan Menekan sujud yang dalam Memilih kata-kata yang pas Ku panjatkan doa padaMu Selalu, setiap waktu menghadapmu Tanpa henti, setiap helaan napas   Meski bulan telah menghilang Walau matahari telah tenggelam Dalam keadaan gelap gulita Terlebih dalam terang benderang Hanya kepadaMu aku selalu meminta Terlebih di bulan suci Ketika segala kebaikan dijanjikan   Maafkan aku ya Allah Terkadang tak sabar menanti Menunggu pemberianMu Dari doa-doa yang aku

Read More

Langkah kaki Tapak hati, Puisi A.R. Loebis

Langkah kaki tapak hati   Langkah patah-patah Ketajaman merekah Di ujung jalan panjang ini Kutikam dendam Tusukan bertalu-talu Sayatan bertubi-tubi Sembilu meraba tulang Semburat merah Muncrat durjana marah Alir darah menetes di tanah   Langkah seok-seok Membelah limbah rimba beton Menyelusur gelombang bersahutan Merengkuh seberang lautan Terdampar di pantai buaian Bergelut dengan kecamuk dunia Ada kupu-kupu hinggap Sepotong nyala masuk lubang Dendam menebal di parit alunan kelam Suara malam gemuruh Kulit gerah Pori-pori merekah Aorta

Read More

Penantian, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Pasti ada yang kau nanti Demikian kau tebak perasaanku Kau tak salah, memang ada Aku dalam penantian amat penting Menanti keputusan Tuhan Aku menanti keajaiban Yang menurut banyak orang itu tak mungkin Ya aku berharap suatu keajaiban Yang datang dari Allah Harapan itu menurutku mungkin Karena Tuhan Maha Kuasa Allah bisa berbuat apa saja Meski kata manusia itu tak mungkin Begitu pentingkah penantianmu? Tanyamu

Read More

Kekuasaan dan Firaun, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Kekuasaan dan Firaun Puisi Djunaedi Tjunti Agus   Bila angan-angan dibiarkan liar Ambisi makin tak karu-karuan Semua cara pun dihalalkan Demi meraih kekuasaan Tipu daya pun dilakukan Kecurangan dianggap hal biasa   Hai para pengejar kekuasaan Yang menghalalkan semua cara Hatimu sudah tertutup kotoran Otakmu tak lagi peduli kebenaran Jika kesalahan dianggap wajar Demi memenuhi ambisi Memburu kekuasaan turun temurun Dalam upaya membangun dinasti Jelas anda jauh

Read More

Doa dan Harapan 2, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Doa dan Harapan 2 Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   Jangan pernah berhenti berdoa Doa adalah segala-galanya Tanpa doa hidup hampa Jalan kehidupan gelap gulita Tanpa doa tujuan hidup kacau   Takdir yang telah ditentukan Allah Dapat diubah dengan doa Begitulah sabda Rasulullah Jangan mengabaikan doa Tuhan Maha Bijaksana   Siapa yang tak minta pada Allah Allah bisa murka padanya Karena dianggap sombong Karenanya terus lah berdoa Doa obat  mujarab

Read More

Bulan yang Sama, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Bulan yang Sama, Puisi Djunaedi Tjunti Agus   Malam itu banyak yang terkesima Terkagum-kagum, berdecak Bertepuk tangan tersenyum sumringah Melihat bulan yang luar bisa, menghela nafas Terang yang melebihi malam sebelumnya Padahal itu adalah bulan yang sama Bulan yang mengcuat di tengah gelap gulita Menerangi bumi bermandikan cahaya   Bisik-bisik berubah jadi suara merdeka Kemana saja mereka selama ini Itu suara yang memecah

Read More

Burung dan hujan, Puisi Zulfadhli

Pada sekali ini pagi Burung itu tak lagi menunggu hujan Ah, hujan hanya merobohkan pohon-pohon termasuk pokok kenari, sunggutnya.   Ditinggalkannya sehamparan halaman luas Dengan tumpukan biji-bijian ranum Ketika turun hujan, pada awal Agustus ini.   Pagi sekali dia menahan gigil yang tak sudah Ah hujan hanya merusakkan sarang-sarang, keluhnya. Ia mengepakkan sayap   Meninggalkan bermil-mil tanah menuju benua baru Tapi petih dan

Read More

Penantian Panjang, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Penantian Panjang, Puisi Djunaedi Tjunti Agus   Satu lagi yang pergi Pergi tak akan kembali Berhenti di penantian Mungkin penantian panjang Entah sampai kapan Hanya Dia yang tahu   Hanya desah yang terdengar Ucapan memelas sedih Innalillahi Mudah-mudahan kita jumpa lagi Di sorgaNYA yang abadi Air mata menggenang Di sudut mata, panas Kenapa kau tak ada pesan   Ini untuk kesekian kali Kesedihan menghinggapi Satu demi satu pergi Mungkin sudah saatnya Sejalan

Read More

Menjelang Rindu 1, Puisi A. R. Loebis

Menata letak perabotan di ruang tamu melap-lap debu yang sebenarnya tak perlu karena tak berbekas Ia sebenarnya memandang rindu sudah tak jauh di depan Suaranya mendayu hatinya bergelora Mengingat menara tinggi yang terpacak Setiap waktu memandangnya lalu-lalang semua momen perjalanan waktu Sekat kehidupan yang ditata tertata Hingga usai menuliskan kata bermakna Yang berirama dan  bertempo   Menjelang rindu Waktu tak tertahankan Seakan berlari berdegup-degap

Read More

Bancana dan Air Mata Duka, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Air mata tak tertahankan Korban tewas terus bertambah Rumah-rumah reot runtuh Bangunan kokohpun tumbang Warga korban tak berdaya Pasrah atas keadaan nyata Para penolong berjibaku Demi menyelamatkan nyawa korban   Ada yang bisa diselamatkan Yang luka dan patah tulang Pihak rumah-rumah sakit kerja keras Jasad yangg tertimbun terus digali Tenda-tenda darurat didirikan Bantuan pun mengalir dari mana-mana Rasa solidaritas terus berkibar   Air mata duka terus mengalir Apakah

Read More

Ode Kepada Pengamen, Puisi A.R. Loebis

Ada gitar, keroncong, seruling Ada botol air mineral diisi pasir Ada tutup botol terpaku ke kayu kecil Bahkan mulutpun alat lagu, disambung senandung Kepasrahan dan keretakan sosial Serta lagu cinta tentang kehidupan Ada sulap dan baca puisi : anak kecil jadi besar Tapi orang kecil tak bisa jadi besar Kau mahir merangkai kata Diksi dan vokalmu pun seperti Rendra di

Read More

Menjelang Rindu 6, Puisi A.R. Loebis

Tak terperikan rasa rindu Ini sudah yang keenam Hari entah keberapa bulan entah keberapa Rasa-rasanya bahkan sudah tahunan sejak menjelang rindu yang pertama rindu entah kapan kan terjelang untung tak seperti kata orang yang kepayang seperti sembilu di nadi, seperti tersadar dari mimpi   menjelang rindu keenam tak seorang pun kan merasakannya karena rasa sama berada di tempat berbeda tapi pasti ada yang pernah merasakannya karena

Read More

Sunyi Tanpa Kata, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Sunyi Tanpa Kata Puisi Djunaedi Tjunti Agus   ada yang sibuk mengeluh wajah kuyu makin kentara muka-muka terlihat pasrah bagai kepanasan tanpa angin   apa yang harus kita lakukan? ada yang coba buka suara namun tak ada jawaban kemudian pandang-pandangan   sampai kapan harus begini? apakah mereka punya hati? apakah mereka peduli terhadap kita? pertanyaan tanpa jawaban   kemudian sunyi sesaat tanpa ada kata-kata satu per satu pergi dengan mata tanpa

Read More
Makkah. (Foto Dokumentasi Arab News)

Haji,  Puisi A.R. Loebis

Haji adalah niat Haji adalah panggilan Haji adalah keikhlasan Haji adalah kesabaran Haji adalah kebesaran derajat yang dilimpahkan Allah Atau hanya ingin dipanggil Pak Haji Iblis terus menari-nari Bahkan kepada undangan Allah Tapi manasik haji adalah panggilan Ketawakkalan kepada Illahiah Persatuan antarummat Islam sedunia Di Haramain: Iblis kelihatan sangat kecil, hina dan marah, Karena amat banyak rahmat bertebaran Serta pengampunan dosa dari  Ya Afuwwu

Read More

Padang Arafah, Puisi A.R. Loebis

Lailahailollohu wahdahulasyarikalah Lahul mulku walahulhamdu wa hua alla kulli saiin qodir.    Solat digabung diperpendek Untuk memperpanjang doa zikir kepadaMu Ribuan tenda bahkan jutaan Ribuan rasa bahkan tak terhingga Jutaan manusia, manusia rupa-rupa Panas, keringat, tikar, kasur, karpet Telentang, baring, tengkurep, tengadah, sujud, tafakur Kipas, pendingin, putih, cokelat, kuning,  hitam, seragam Tak satu pun penutup kepala bagi  jutaan lelaki Tiada pohon,

Read More

Di Tengah Kesunyian, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Di Tengah Kesunyian  Puisi Djunaedi Tjunti Agus   Hanya satu dua suara tuts Tekanan lembut terdengar nyaring Hanya satu dua teman Selebihnya sunyi, sepi Suara teve memang masih dominan Mengusir kantuk, kejenuhan   Sekeliling mulai senyap Motor, mobil, hanya satu dua Pikiran pun mulai jauh melayang Kadang ke peraduan Tak jarang berubah arah Menyeberang lautan   Apa yang sedang dia lakukan Pastinya tidur, mungkin mendengkur Apakah dia dalam buaian

Read More

Di Keheningan Malam, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Di Keheningan Malam Puisi Djunaedi Tjunti Agus   Televisi yang tergantung di dinding Terus nyerocos tentang banyak hal Cermin berdiri kokoh menantang Aku hanya bisa menarik nafas Kesal campur aduk, lunglai   Ingin marah, tapi kepada siapa Sesekali roda koper terdengar keras Memecah kesunyian lorong Ada suara percakapan, tapi sesaat Kemudian berlalu, kembali lengang   Sebungkah roti terlihat membatu Teronggok tak tersentuh di meja hias Tak ingat

Read More

Jangan Sampai Terlambat, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Jangan Sampai Terlambat Puisi Djunaedi Tjunti Agus   Allah telah menetapkan segalanya Tak mungkin matahari mengusir bulan Mustahil siang mendahului malam Tapi jangan heran matahari terbit di ufuk barat Karena  itu adalah kehendak Allah Pertanda kiamat segera datang Saat tobat tidak lagi diterima   Jangan sampai terlambat Dunia sudah semakin tua Bisa jadi kiamat tinggal lagi sesaat Bertobatlah segera, minta ampun Memohonlah agar segala dosa

Read More

Rintik Bulan Juni, Puisi Hendry Ch Bangun

Ada yang lebih berarti dari airmata Yakni ketika duka tumpah menjadi nikmat Meluruhkan dosa-dosa dan kemungkaran Yang begitu lama mengendap di pembuluh darah Ada yang lebih cinta dari derai gerimis Sewaktu senyum menjelma di bibir manis Melihat malaikat menumpahkan bunga-bunga kecil Beraneka warna menebarkan wangi-wangi Ada yang lebih ikhlas dari tarikan nafas Ketika tanpa suara kau usapkan tangan basah Pada

Read More

Kapan Saat Itu Datang?, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Kapan Saat Itu Datang? Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   Detik-detik terus berlalu Menit pun terus berputar Jam dan hari silih berganti Hanya satu pertanyaan Kapan saat itu datang?   Perjalanan setelah kematian Beratnya hari perhitungan Selalu diigatkan oleh ahli agama Tanda akhir zaman pun telah ada Lalu kenapa kita tetap lalai Menomorduakan urusan agama   Ingat, saat itu bisa datang kapan saja Esok, lusa, atau mugkin bulan

Read More

Sudahkah Kita di JalanNya, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Sudahkah Kita di JalanNya Puisi Djunaedi Tjunti Agus   Ramadhan bukan berarti hanya menahan Berpuasa, memperbanyak ibadah Berserah diri, mengerjakan yang wajib Memperbanyak sunah Rasulullah Ramadhan juga untuk mengoreksi diri Sudahkah kita berada di jalanNya   Rasulullah sudah lama bersabda Umatnya akan terpecah 73 golongan Kecuali satu golongan yang masuk surga 72 golongan lainnya akan masuk neraka Apakah kita termasuk diantara yang satu Atau masih

Read More

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru