Tuesday, December 03, 2024
Home > Cerita > Puisi & Pantun (Page 3)

Siapa Yang Peduli, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Siapa Yang Peduli Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   lihat kaca bercermin diri apakah bersih atau penuh noda apakah hati bebas titik titik hitam apakah jiwa bebas kemunafikan mungkinkah telah salah jalan atau masih di jalan lurus   siapa yang peduli jika bukan diri sendiri dimana kan berakhir jalannya kita yang mengarahkan karena itu jangan salah jalan akan jadi penyesalan panjang   kita bisa merasakan tanpa harus menduga-duga siapa

Read More

Bulan di Ujung Daun, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Di malam yang sepi dari balik dedaunan terlihat bulan bersinar terang benderang menerangi angkasa dan bumi di ujung daun yang bergoyang bulan terlihat semakin riang mengajak alam bicara mengirim pesan ke semua orang di sinilah beberapa tahun lalu dalam suasana hampir serupa menjejakkan kaki di Cianjur menatap bulan yang sama sambil mendengar bait-bait yang dilantunkan oleh Alfian jangkrik menjadi saksi bulan yang sama kembali muncul membawa

Read More

Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun, Puisi Djunaedi Tjunti Agus   innalillahi wa innalillahi rojiun kalimat ini sering didengar sering ditulis via pesan mengiringi kepergian seseorang entah keluarga, teman, tetangga selamat jalan pergi ke hariban milik Allah kembali ke Allah   kesedihan, kerelaan, dan doa suatu waktu ditujukan pada kita melepas kepergian ke alam baka menemui penguasa alam semesta mungkin menanti waktu lama sebelum diadili di akhirat berakhir

Read More

Sajak RAHMAT, Oleh Ahmad Istiqom

Siapa bilang matahari itu satu Matahari itu ada seribu Bahkan ada seribu lainnya Di balik gugusan bintang itu Di sana ada seribu galaksi Dan satu janji   Siapa bilang matahari itu abadi Di kota, gerainya bangkrut satu persatu Pajangannya lumat Pramuniaganya megap megap Demi langit yang berlapis tuju Pada singkap pertama ada tuju ratus istana Pada lapis kedua ada tuju ribu cakrawala Pada tabir

Read More

Jangan Tanam Kebencian, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Jangan Tanam Kebencian Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   jangan tanam kebencian saatnya nanti kau yang memetiknya menanggung akibatnya langsung semua akan dibalas tunai habis tanpa sisa sedikitpun membuat kau bangkrut ludes menjadi orang yang merugi neraka lah sebagai balasannya   jangan pernah melecehkan mengancam orang tanpa alasan ingkar janji lari dari tanggungjawab mencemooh peringatan Tuhan   jangan pernah tonjolkan kesombongan keangkuhan merasa hebat sendiri jangan timbulkan kebecian kepada siapapun di

Read More

Hari ini terasa khusuk, Puisi A.R. Loebis

Hari ini terasa khusuk Bersila duduk Tawaduk dan tunduk Memandang ujung hidung Dan lipatan lutut Merasa dada berdegup Nadi berdetak Darah mengalir Bersedekap memeluk diam Menyekap senyap Tafakur dan bersyukur Perjalanan panjang Entah sampai mana Tapak jejak Dimana tibanya Meraba-raba nurNya Tak terasa Mencari-cari bayangannya Tak bersua Padahal Ia berada dalam ada Masuk ke belantara masa Menusuk dari dalam dada Menghunjam ke dalam aorta Melayang di alam maya Hari ini perjalanan ntah kemana-mana Tapi hari

Read More

Cek Itu dan Ini, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

hari-hari yang sibuk mondar-mandir ke sana ke mari menemui banyak orang dari petugas, perawat, hingga dokter melakukan konsultasi berbagai hal dari masalah gula darah hingga mata sampai pada masalah asam urat   anda sudah tua, sadari lah itu bukan ucapan sang dokter tapi kata hati dari lubuk yang dalam karena itu banyaklah beramal jangan buat lagi dosa-dosa meski memandang barang terlarang bertobatlah, minta ampun

Read More

Sajak Resesi: Oleh Ahmad Istiqom

Resesi itu, tidak ada beras hari ini Kendilnya ngebul, tapi isinya batu rebus Tangis anak yang memecah gendang telinga Mengiris hati yang tidak lagi berdarah Diamlah nak! Sebentar lagi nasi masak Sekarang lagi musim pandemi Padi belum lagi marak Di gudang bulog biang tikus beranak pinak Khalifah Umar, itu ceritera lama Tidak lagi diproduksi zaman ini Sejak kpk giginya dipangur Doyannya hanya tempe,minumnya

Read More

SAJAK, Salam Sejawat, Oleh: Ahmad Istiqom

Sejawat, tetaplah semangat Atas syahidmu di depan gerbang corona Atas wafatmu dengan stetoscop menggantung lemah di dada Seratus nyawa Bukan seratus jera Kami saja yang terlalu lena Lupa membekalimu dengan cadangan nyawa Itu pun kami tak punya Dok.. apakah dialam sana masih ada masker Sisa kan buat menutupi malu kami Surgamu kah itu yang berbau harum Bukan bau alkohol kamar bedah Kami di

Read More

Semoga Bukan Kita, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Hanya Allah berhak disembah tak ada sesembahan selain Dia Allah satu-satunya, tiada dua apa lagi tiga atau lebih banyak tak beranak dan tak diperanakkan jangan sampai salah jalan   musyrik memohon kepada selain Dia pohon besar, kuburan, tempat angker bukan tempat meminta dan berdoa pergi ke dukun bukanlah solusi kecuali kepada dukun beranak ilmu hitam bukan jalan ke luar semoga itu bukan kita   kita-kita

Read More

Mengetuk Pintu Langit, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Mengetuk Pintu Langit Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   tiada yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Kuasa tiada tuhan selain Allah semoga semua itu selalu terjaga tak mampu dibelokkan sedetikpun meski oleh raksasa penista atau janji kekayaan berlimpah kedudukan dengan kekuasaan penuh oleh wanita pengguncang dunia   hanya kepadaNya hamba berharap memohon dalam sujud panjang mengetuk lembut pintu langit berharap impian diijabahi Allah hanya Dia harapan, tiada

Read More

SAJAK NEGERI TUA, Oleh: Ahmad Istiqom

Negeri ini sudah tua Tapi tak juga dewasa Negeri para sengkuni yang berguru pada Durna Diramaikan pemandu sorak para kurawa Bagong dan punakawan tergelak-gelak Melihat para brahmana main ketoprak Lakonnya "Menyelamatkan Amarta dari Raja Dungu" Katanya, disana "merdeka" nyaris mati Padahal di ruang iccu korban corona tak mati mati Resep yang ditawarkan sebagai yang Maha Benar dengan segala nyinyirnya Tatkala

Read More

Dirgahayu NKRI, SAJAK BUNG, Bangkitlah Bung, Bangkitlah! Oleh: Ahmad Istqom

Barangkali Bung lelah di alam kubur Tengoklah tanah airmu yang kini tinggal tanahnya doang Karena airnya telah terjual Tengoklah tambangnya yang sudah kempot Karena isinya sudah disedot freeport Bung, yang terbaring di Bendogerit Bangkitlah Tapi jangan tanya batubara ya Batunya sudah habis diekspor tinggal baranya saja Kemudian membakar sentimen antar suku, agama dan pilkada Bung mintalah cuti barang dua tiga

Read More

SAJAK HAPE Oleh: Ahmad Istiqom

Sesungguhnya nafasku nafas hape. Hoss.. Sesungguhnya denyut nadiku kentut hape. Nyuut.. Sesungguhnya detak jantungku rentak hape. Taak.. Darahku hape Sumsumku hape Sujudku hape Sembahku hape Pepundenku hape Aku rela diperkosa Aku rela diserimpung Aku pasrah dilumat bulat bulat Karena hidupku kini tergantung di tali hape Karena nyawaku melekat di paket pulsa Karena jiwaku tertambat erat di grup wa Dzikirku bungkam dalam tautan instagram Tahlilku memantul,

Read More

Masjidil Haram (1), Puisi A.R. Loebis

Aku terpana Hampa Terpacak Terpesona Meleleh   Masjidil Haram (2) Pusaran manusia Aku meleleh Hanyut   Masjidil Haram (3) Kiblat dunia penuh manusia Jutaan dari penjuru dunia Ras, warna, jenis kelamin, negara, kostum, satu Rebutan mengagungkan Asma-Mu Ya Allah Kami datang memenuhi undanganMu Ya Robb jutaan dari milyaran penduduk dunia   aku terhanyak memandangi manusia kecil-kecil di lantai tiga mungkin mereka sedang towaf tapi pasti sedang mengagumi kebesaran dan kehebatanMu aku melihat berkeliling,

Read More

Petikan daun bambu, Puisi A.R. Loebis

Jejeran pohon bambu bergerak-gerak Menari dengan gemulai menawan Dedaunannya melambai-lambai Suaranya, aduhai , berdesah-desah basah   Pasti ada yang memetik simfoni itu Kalau tidak tak mungkin senarnya bergetar Punggungku nyaman menempel di tembok Mataku  nanar menatap ke kejauhan Kurasa-rasa, entah kapan menyaksikan keindahan pandang Kemerduan suara dan irama yang mengalun dari buluh perindu   Baru kali ini aku mengamati khusus Kulitku terkesiap seperti

Read More

Mereka pergi, Puisi A.R. Loebis

Memandang punggung mereka Di ujung bulan ini kaki mungil itu berjuntai di gendongan bila terang ia pasti jalan tertatih mengikuti Tapi ia tak pergi Terpateri dalam hati   Aku memandangi punggung mereka Di ujung bulan ini Bebatuan jingga itu Menanti sapuan tangannya Serta jentikan jemari Dan tiupan perlahan Dengan kaki berlonjor dan berjuntai Busana berkibar perlahan Dihembus angin menembus ilalang Yang datang dari arah belakang Entah kapan lagi terbentang   Aku

Read More

Tamu itu pergi, Puisi A.R. Loebis

Sebentar lagi tamu itu akan pergi entah apa yang sudah kusuguhkan kepadanya tapi sebaliknya, begitu banyak makanan yang diantarkannya kepadaku di atas meja santap di dalam relung hati di kolam rindu jiwa entahlah sajadah itu apakah memberi kabar entah kenapa aku begitu cemas jangan-jangan aku hanya lapar dan dahaga karena tak mampu tak kuasa tak menyiapkan waktu hanya menyisakan masa sehingga sukma terasa

Read More

SAJAK RAMADHAN: Oleh Ahmad Istiqom

PUISI ni tidak lagi terasa bergizi Dimaki ayat makiyah dipadani surat madaniyah Satu juta dua puluh tuju abjadnya seperti peluru penuh mesiu Setiap kubaca ia memantul seperti kaca Meletupkan satu kebajikan berbanding sepuluh balasan Ramadhan begini Alquran-ku semakin lusuh Puisiku menjadi pepesan kosong Gurindammu.... bohong Bermain kata bak anjing menggonggong Seratus empat belas surat, bukan syair bukan sajak Berawal dari iqra

Read More

Malam 1000 Bulan, Puisi A.R. Loebis

Malam 1000 bulan Tak terbayangkan begitu banyak menghias angkasa aku termangu hanya termangu tak kuasa membayangkan penciptanya tak terhingga ku membacamu dibawah sinar dian 1000 bulan dada bergetar air mata menetes hingga tertatih-tatih dari Ramadan ke Ramadan menahan rindu dendam   Ya Allah yang maha Kuasa Satu bulan pun membuat semua orang bahagia Apalagi 1000 bulan Bulan di angkasa dan dalam dada Bulan dalam ruang dan waktu Dalam janji dan

Read More

Ramadan dan Doa, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Ramadan dan Doa Puisi Djunaedi Tjunti Agus   jangan pernah berhenti berdoa doa adalah segala-galanya tanpa doa hidup akan hampa jalan kehidupan jadi gelap gulita tanpa doa tujuan hidup kacau   takdir memang telah ditentukan Allah namun doa dapat mengubahnya hanya dengan doa dapat dilakukan begitulah sabda Rasulullah jangan remehkan arti doa Tuhan akan sangat memperhatikannya   barang siapa yang tak minta pada Allah niscaya Allah akan

Read More

Pesona Korona, Puisi A.R. Loebis

Pesona Korona  Puisi: A.R. Loebis   Korona memesona Walau masalah dunia Karena ia memporakporandakan sekaligus meluruskan kembali tatanan peradaban manusia Ia merajalela tak terlihat, entah kapan berakhirnya   Korona memesona Masalah dunia Seperti neraka dan surga Seandai Tuhan menunjukkan bentuk dan isi neraka Tak akan ada manusia berbuat nista karena takutnya Seandai Tuhah menunjukkan bentuk dan isi surga Tak akan ada orang berbuat cela karena

Read More

SAJAK PAGEBLUG Oleh: Ahmad Istiqom

Bulan kalangan lapis tiga Dilingkari warna darah Semburat lembayung diujung ufuknya Kata kyai Semar itu pertanda pagebluk segera tiba Bunyi jangkrik malam pun terdengar sembilu Suara bonang bertalu talu dari Wuhan membawa kidung corona Blug..... Blug.... Blug Blug..... Blug... Blug Tajamkan daun telingamu,asah mata hatimu Pageblug bukan bencana, meski makan korban dimana mana Ia adalah teraju alam,dacin digital dengan presisi tinggi Menyeimbangkan

Read More

Semoga Ancaman Segera Berlalu, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Semoga Ancaman Segera Berlalu Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   berawal di Kota Wuhan China menyebar ke penjuru dunia sejak muncul Desember 2019 tak terbendung, belum ada penangkal inikah cobaan bagi yang beriman atau azab dan ganjaran bagi lainnya Allah lah yang tahu   virus corona terus menyebar tanpa kenal batas, hambatan negara kecil, besar, diterabas tak kenal si miskin dan si kaya tak peduli orang

Read More

SAJAK ABABIL Oleh: Ahmad Istiqom

TAK ada lagi salib bersilang di gereja Tak ada lagi tangan bersedekap di mushola, tak juga tangkup telapak dada di vihara Azanpun kini tinggal hanya penanda waktu bukan hayya 'alasshola Ritual luruh bersama virus yang menggerus Dunia guncang bersama kejumawaan adidaya yang tumbang Xi Jinping terkencing kencing Trump melolong lolong bagai donatnya digondol kalong Syech Salman ngumpetin

Read More

Menunggu Dalam Doa

Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   menunggu antrian sambil ngantuk kadang terasa nikmat juga apalagi tak ada yang ngajak bicara dan tak ingin ngobrol dengan siapa hanya hati yang terus bicara pikiran pun terus bekerja   kapankah waktu itu datang panggilan dari petugas jaga hati pun terus berkata-kata pikiran melalang buana juga teringat panggilanNya kapankah waktu itu datang   sudah siapkah anda hati pun berkata, bertanya sudah cukupkah bekal

Read More

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru